Pejuang Khilafah

Kamis, 09 April 2009

MUSTAFA KEMAL ATTATURK:

ANTARA MITOS DAN REALITA

Dalam buku sejarah baik terbitan Erlangga, Grasindo dan lain-lainnya, masih tetap saja ditemui nama Mustafa Kemal yamg dikatakan sebagai seorang pemimpin yang modernis, rajin bekerja, disiplin dan mempunyai kekuatan yang luar biasa di dalam rangka membawa Turki kepada kemajuan, keadilan dan ketentraman, sebagaimana yang menjadi semboyannya. Sehingga karena jasanya itulah Mustafa Kemal digelari “Attaturk” (Bapak Turki).

Disamping itu ada juga yang menjulukinya “The Grey Wolf” (Srigala Kelabu) dikarenakan keberanian dan kelicinannya di medan perang.

Inilah mitos seorang tokoh yang diyakini dari generasi demi generasi, hingga kepada adik-adik kita yang saat ini duduk di bangku SMA khususnya.

Mitos kedua adalah apa yang tertulis di dalam buku “Sejarah Pergolakan di Timur Tengah dan Timur Djauh” karangan Muhammad Dimyati, buku ini merupakan panduan bagi Mahasiswa IKIP Muhammadiyah Jakarta jurusan Sejarah. Isinya juga tak jauh berbeda dengan buku-buku Sejarah SLTA di atas. Justru buku ini lebih banyak menuliskan dan mengabadikan sanjungan-sanjungan dan jasa-jasa Mustafa Kemal. Misalnya tentang pemberian nama “Kemal” yang artinya “Sempurna”, gelar ini diperoleh Mustafa dari guru ngajinya dikarenakan ia adalah anak yang tajam otaknya, mudah menampung pelajaran, rajin belajar dan jauh lebih maju daripada murid-murid lainnya. Lagi pula ia pemberani dan suka berkelahi untuk membela kebenaran.

Begitu pula dengan gelarnya “Al-Ghoozi” (Pahlawan Penakluk yang maha tinggi) diperolehnya tatkala ia menaklukkan pasukan Yunani di kota Azmir pada bulan Agustus 1920, sehingga menyebabkan Yunani kehilangan 20.000 tentaranya mati, 60.000 ditawan, 700 meriam, 20.000 senapan mesin dan 150.000 bedil berhasil dirampas oleh pasukan Mustafa Kemal.

Di buku ini disebutkan pula tentang keberhasilannya menahan serangan yang dilancarkan oleh tentara gabungan Yunani, Bulgaria dan Serbia. Kemenangan di bukit Druz pada tahun 1901 serta keberhasilannya mempertahankan daerah-daerah di “sepanjang pantai laut tengah sebelah timur” termasuk juga “Palestina, Syiria dan Baghdad”.

Sementara itu kelemahan dan kekurangan Mustafa Kemal ditulis hanya sedikit sekali dan tidak sepadan dengan sanjungan dan pujian yang berlebih-lebihan itu. Pada saat yang sama Sultan Abdul Hamid, Kholifah Islamiyah Utsmaniyah yang terakhir disebut-sebut sebagai orang yang lemah, selalu mengalah pada musuh, suka pesta menghambur-hamburkan kekayaan Negara dan bersuka ria dengan putri-putri istana nan jelita.

Senada dengan itu adalah apa yang ditulis oleh Prof. Dr. H.A. Mukti Ali di dalam bukunya “Islam dan Sekulerisme di Turki Modern”. Mengakhiri bab IV (Kemalisme dan Prinsip-prinsipnya beliau mengomentari “Kemampuan Mustafa Kemal yang luar biasa sebagai seorang ahli strategi dan negarawan telah menempatkannya dalam posisi yang terkemuka dalam sejarah dunia. Dunia Islam menganggapnya cocok sebagai seorang pemimpin yang langka, seorang negarawan dan ahli strategi yang pengaruhnya terhadap sejarah adalah besar. Sejarah tentang keikhlasan dan pengorbanan pada Turki adalah sangat cemerlang. Dalam waktu di mana sebagian negara-negara Muslim berada dalam belenggu dominasi asing, Mustafa Kemal memberikan pesan harapan baru dan memberikan inspirasi bagi gerakan-gerakan kemerdekaan dunia Islam.

Dapat diduga andaikata Mustafa Kemal dibesarkan di dalam lingkungan kebudayaan dan pendidikan Islam, maka pasti ia akan merupakan salah seorang pembaharu yang terbesar dalam dunia Islam yang dapat mengubah jalannya sejarah dunia lebih hebat lagi”.

Untuk itulah kita perlu tahu realita apa sesungguhnya yang terjadi pada kehidupan Mustafa Kemal. Yaitu seorang anak manusia yang pada tahun 1880 M. dilahirkan di sebuah kota “Salonika” (kota Yahudi) yang berpenduduk 140.000 jiwa, dengan 80.000 di antaranya adalah Yahudi Espana dan 20.000 lagi adalah orang-orang Yahudi “Dunama” (Kaum Yahudi yang pura-pura masuk Islam).

Secara resmi Mustafa adalah anak “Ali Riza Effendi”, tetapi sejarah ada yang mengatakan bahwa ia sebenarnya anak “Abdumusin” yang telah melakukan perzinahan sebelumnya dengan ibunya yang bernama “Zubaidah Hanim”.

Sejak kecil Mustafa amat dibenci teman-temannya, karena ia amat egois, suka bertengkar dan cekcok dengan teman-temannya dan guru-gurunya. Lebih dari itu di usianya yang baru menginjak 14 tahun ia sudah berani menzinai anak gadis tetangganya dan suka bermain di kedai-kedai minuman keras yang dipenuhi oleh wanita-wanita jalang.

Karir militernya dimulai ketika ia masuk sekolah Akademi Militer di Salonika pada tahun 1893, lalu ia meneruskan ke sekolah ketentaraan tingkat menengah di Monester, lulus tahun 1899, kemudian dikirimkan ke Istambul untuk mengikuti Akademi Militer dan lulus tahun 1902.

Setelah itu ia melanjutkan pendidikan ke sekolah Akademi Staf Komando Militer, lulus tahun 1905. Lalu bergabung dengan pasukan divisi V di Damaskus sebagai perwira dengan pangkat Mayor dan dimasukkan ke batalyon Kavaleri 30.

Tahun 1908 Mustafa dikirim ke Tripoli. Tahun 1909 ia kembali dan ikut bergabung dengan gerakan Mahmud Syaukat untuk menggulingkan Sultan Abdul Hamid (Khalifah terakhir dari Utsmaniyah, red).

Ketika pecah perang dunia I pangkatnya sudah Kolonel, dan ia menjadi Komandan di wilayah selatan Semenanjung Ghalipulli dan memperoleh kemenangan besar dengan memukul mundur pasukan sekutu.

Pada tahun 1917 Mustafa yang telah naik pangkat menjadi Mayjen dikirimkan ke Syam. Namun dengan licik Mustafa menjalin hubungan secara rahasia dengan Panglima Inggris, Allenby. Mereka bersepakat agar pasukan Turki ditarik mundur dari Palestina untuk memberi jalan kepada pasukan Inggris memasuki Palestina dengan aman dan damai. Penarikan pasukan ini dilakukan persis pada malam hari dimana pasukan Inggris masuk ke dalamnya yaitu pada tanggal 19 September 1917. Serta dilakukan dengan tiba-tiba dan mendadak mulai dari Nablus ke timur Yordania, Damaskus Halb lalu ke gunung Turus. Inilah awal dari kehancuran pasukan Turki yang diakibatkan oleh penghianatan Mustafa Kemal. Juga merupakan awal dari krisis Palestina hingga hari ini.

Dapat diduga perjanjian di atas antara Inggris dan Mustafa ada hubungan yang sangat erat dengan cita-cita Yahudi, yaitu untuk mendirikan Negara Israel di Palestina. Terbukti bahwa Mustafa yang bernasab dan berdarah Yahudi itu terlibat dalam perkumpulan rahasia ”Masionisme”, sebuah jaringan Zionisme Yahudi yang bekerja secara rahasia, dengan simbol “Jangkar” dan “Sudut” yang di dalamnya ada gambar bintang “David”

Begitu pula tatkala ia menjadi presiden Republik Turki untuk pertama kalinya, ia banyak memberikan kekuasaan pada orang-orang keturunan Yahudi untuk mengatur urusan hukum, politik, ekonomi dan pendidikan.

Sebenarnya pertempuran-pertempuran yang dimenangkan Mustafa di Anatolia, Azmir, Scoria dan Avion itu hanyalah PERANG SANDIWARA yang dilakonkan dengan sangat baik oleh Mustafa dan Inggris. Pasukan Inggris sengaja mengalah dengan pura-pura lemah, mundur sedikit demi sedikit, tidak membalas tembakan dan dengan sengaja mengosongkan wilayah, dengan harapan Mustafa terkenal, dielu-elukan dan dianggap sebagai pahlawan. Sehingga dengan demikian karir politik dan militernya akan semakin meningkat.

Disamping itu agar dengan mudah dapat memanfaatkan dukungan rakyat serta menembus pertahanan dan menggeser kedudukan Sultan Abdul Hamid. Seorang Sultan yang zuhud (bersahaja dan sederhana) dan sangat mencintai ummatnya. Terbukti beliau menolak mentah-mentah “Suap” yang dilakukan Theodore Hertzl agar Yahudi dapat berimigrasi ke Palestina, yang besarnya 150 juta poundsterling Inggris khusus untuk Sultan Abdul Hamid, membayar seluruh hutang pemerintah Turki yang mencapai 33 juta poundsterling, membangun kapal induk untuk menjaga wilayah Turki yang membutuhkan dana sebesar 120 juta frank, memberikan pinjaman 35 juta pounds tanpa bunga. Dengan tegas beliau berkata “Nasehati Mr. Hertzl agar ia tidak terlalu serius menanggapi masalah ini. Sesungguhnya saya tidak sanggup melepaskan kendati hanya sejengkal tanah itu (Palestina), sebab bukan milik pribadiku, tapi milik rakyat. Silakan Yahudi itu menyimpan kekayaannya yang milyaran itu. Bila pemeritahanku sudah tercabik-cabik, saat itu mereka baru bisa menduduki Palestina dengan gratis. Adapun jika saya masih hidup, maka tubuhku terpotong-potong lebih ringan ketimbang Palestina terlepas dari pemeritahanku”. (Fathuddin Ja’far, MA, 1994)

Adapun makar-makar Mustafa Kemal terhadap Islam dan Khilafah Utsmaniyah itu antara lain, menghapuskan kekholifahan, mengusir Sultan Abdul Hamid beserta keluarganya, mengganti aqidah Islam dengan menghidupkan paganisme Turki Kuno yaitu menyembah BOZRORAT (serigala putih), menghapus huruf Arab dan menggantinya dengan huruf latin, melarang berjilbab, menyuarakan adzan dengan bahasa Turki, mengubah masjid Aya Sofia dan Al-Fatih menjadi gedung museum, menghapus hari raya Iedul Adha dan Iedul fitri, serta melarang poligami. Sementara dia sendiri ketika sedang berdinas di Sofia, Bulgaria dan Halb sering menggunakan waktu luangnya untuk berkencan dan berzina dengan wanita-wanita pesanan. Bahkan ia mempunyai agen-agen khusus untuk mencari gadis-gadis muda dan mucikari-mucikari yang siap mendatangkan wanita-wanita cantik untuk menemani tidurnya.

Sejarah akhirnya membuktikan dan membuka mata dunia, di saat-saat Mustafa mendekati sakaratul mautnya, yang disebabkan oleh penyakit dalam akibat terlalu sering minum alkohol berkadar tinggi serta penyakit “kelamin”, sehingga ia selalu menggaruk-garuk bagian tubuh di antara dua pahanya. Penyakit-penyakit itu menggerogoti tubuhnya hingga tinggal tulang dan bobotnyapun turun drastis tinggal 48 kg di saat meninggalnya.

Akhirnya Mustafa Kemal Attaturk yang di dalam mitosnya dijunjung setinggi langit ini mati mengenaskan pada hari Kamis tanggal 10 November 1938 pukul 09.05 dengan berwasiat “supaya jenazahnya tidak dishalatkan”. Naudu billah mindzalik. “Maka langit dan bumi tidak menangisi mereka, dan merekapun tidak diberi tangguh” (QS.44:29).

Wallahu ‘alam bishshawab.

0 komentar: