Pejuang Khilafah

Jumat, 25 Desember 2009

Balada Ghibahtainment

Add to Technorati Favorites Gemar tayangan infotainment? Ketagihan dengan gosip terkini? Bisa jadi kita mabuk kepayang dengan tayangan infotainment, boleh jadi kita merasa kampungan bener kalau nggak tahu gosip terkini kaum selebritis. Saya jadi inget beberapa waktu yang lalu ketika nonton tayangan infotainment yang meliput perceraian Teh Nicky Astria, bukannya seneng malah saya jadi mual.
Di saat ladyrocker asal Bandung itu pusing dengan urusan perceraiannya di KUA, belasan wartawan sudah menghadangnya. Microphone, kamera dan tape recorder menyorot ke mukanya. Semakin Teh Nicky menolak memberikan jawaban, semakin bernafsu para awak infotainment mencecar. Beberapa orang menghadang di depan mobil kijangnya agar tak bisa ngacir. Ada juga yang menggedor-gedor body mobilnya. Dengan wajah pucat ia memberanikan diri memarahi para wartawannya. “Tolong dong pakai hati nurani, kalian pikir saya happy apa? Saya kan nggak pernah ngundang kalian ke sini. Aduh, tolong jangan pukul-pukul mobil saya. Kalian wartawan apa preman sih? bla, bla…
Mendapatkan informasi adalah hak setiap orang, tapi haruskah berita itu mengorbankan ‘hati nurani’, seperti rengek Nicky Astria. Bahwa untuk mendapatkan secuil berita para awak infotainment harus merangsek narasumber dan memaksanya bicara? Memang, bagi para jurnalis mendapatkan berita eksklusif adalah kebanggaan. Menaikkan citra dan meninggikan tiras atau rating. Salah satu berita eksklusif adalah bad news. Bad news is good news, begitu kaidahnya. So, perceraian, skandal, kematian orang ternama adalah ‘berita bagus’ untuk para wartawan.
Memburu berita eksklusif menjadi amat penting karena tingkat persaingan tayangan infotainment semakin keras. Bayangkan saja, ada puluhan tayangan infotainment dengan slot waktu mencapai 100 jam. Kalau berita yang didapat ‘biasa-biasa’ saja jelas bakal ditinggal pemirsa, rating menurun, dan iklan pun sepi. Karena pertimbangan dagang inilah tayangan infotainment jadi gelap mata dalam memburu berita, sampai melabrak hak-hak privasi orang lain.
Kita yang setiap hari menikmati tayangan infotainment pun jadi nggak sadar itu semua adalah ghibah yang dilarang agama. Saking tercelanya, Allah SWT. dan RasulNya. menyamakan ghibah dengan memakan daging bangkai saudara kita sendiri. “Maka tentulah kamu merasa jijik padanya,” pesan Allah dalam surat al Hujurat ayat 12.
Nah, apa pantas menghibur diri dengan penderitaan orang lain? Bagaimana juga dengan para pengelola infotainment yang menjual penderitaan itu sebagai ladang untuk memperkaya diri. Tapi tidak usah heran, inilah kapitalisme. Kebebasan pers adalah anak kandungnya. Jadi, selama kapitalisme-demokrasi berlaku di negeri ini, eksploitasi atas penderitaan orang akan terus terjadi. Padahal, masih banyak hal lain yang layak diberitakan. Hal yang lebih penting, lebih bermanfaat, dan menghibur masyarakat dengan sehat. [Iwan Yanuar]

Posted in Sobat Muda Tahun 1 by Abdul Shaheed on the May 25th, 2007

0 komentar: